Jakarta - Kaum muda Indonesia tidak hanya ingin menjadi objek dalam
pembangunan nasional, tapi juga subjek yang memberi kontribusi di
dalamnya. Untuk memfasilitasi keinginan tersebut, Komite Nasional
Indonesia untu UNESCO (KNIU) menyelenggarakan Youth Desk Workshop untuk
para pemuda. Workshop ini dibuka oleh Ketua KNIU Arief Rachman, di
gedung Kemdiknas, Rabu (27/04).
"Workshop ini untuk mendengarkan suara pemuda, jadi kalian harus speak up," katanya saat membuka workshop tersebut.
Ada empat isu yang akan dibicarakan dalam workshop ini, yang disebut
dengan 4e. Engage, yaitu untuk merangkul solidaritas antar pemuda.
Ensure, meyakinkan bahwa pemuda Indonesia bisa ambil bagian dalam
pembangunan. Encourage, menyelenggarakan dialog untuk membahas isu-isu
yang sedang berkembang di regional maupun internasional, dan Empower,
untuk memberdayakan potensi pemuda.
YouthDesk Workshop merupakan langkah awal UNESCO untuk menyuarakan
suara pemuda. Indonesia patut berbangga, karena dari 196 negara dalam
UNESCO, baru 7 negara yang memiliki perwakilan pemuda termasuk Indonesia
di dalamnya.
Arief menyebutkan, ada kecenderungan dalam siklus 20 tahunan di
Indonesia terjadi perubahan-perubahan yang dipelopori oleh pemuda. Yaitu
tahun 1908 berdirinya Boedi Oetomo, 1928 tercetusnya sumpah pemuda,
1945 Indonesia Merdeka, 1965 penumpasan G30S PKI, 1997 reformasi, dan
dikhawatirkan akan terjadi perubahan-perubahan lagi dalam waktu dekat.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Arief mengajak para pemuda untuk
menyuarakan aspirasinya wadah yang tepat. "Untuk itulah workshop ini
kita adakan, agar suara para pemuda bisa di dengar dengan baik,"
katanya.
Turut hadir juga dalam acara tersebut Kepala Bidang Peningkatan
Sumber Daya Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Mirhan Tabrani, yang
menyampaikan bahwa Kemenpora juga memiliki program-program kepemudaan
untuk meningkatkan potensi dan pengembangan karakter pemuda secara
nasional maupun internasional.
"Dalam setiap kesempatan kami selalu mendorong pemuda untuk selalu
berada di garda paling depan dalam meraih kemajuan. Diantaranya melalui
revitalisasi gerakan pramuka, jambore pemuda Indonesia, program kapal
pemuda nusantara Pertukaran pemuda internasional (PPIK, PPIA, PPIM,
PPIKor, SSEAYP, JENESYS, dan PPICin), Konferensi-konferensi dan youth
forum , Pengiriman delegasi pemuda Indonesia ke luar negeri," katanya.
Perwakilan United Nations Volunteer (UNV) Iulia Seviuc dari Moldova
mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan tingkat sensitifitas
relawan yang tinggi. Baik relawan kemanusiaan maupun relawan untuk
bencana. "Dari berbagai kegiatan relawan, Indonesia banyak memegang
peran," tuturnya.
Workshop ini mendatangkan peserta sebanyak 60 orang yang berasal dari
SMA, Perguruan Tinggi, Organisasi Kepemudaan, Jurnalis muda, dan
kalangan artis muda. (aline)